Menyikapi Anak Yang Masuk Masa Pubertas

Orang tua dan anak

Kapan Buah Hati Kita Memasuki Masa Pubertas? Menjadi orang yang dipilih anak sebagai tempat bercerita ketika memasuki usia pubertas adalah sesuatu yang istimewa. Tapi sayangnya tidak semua orangtua memiliki keberuntungan itu. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, bisa dari orangtua lebih sibuk dengan dunianya sendiri. Lingkungan yang menjadi panutan anak, atau teman sebaya yang lebih dipercaya daripada orangtua.

“Masa remaja adalah masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (storm and stress), karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri. Kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab. Tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.” (Stanley Hall, 1991)

Tentunya yang diharapkan adalah kita dipilih sebagai tempat pertama dan terbaik untuk “dicurhati” anak. Bukan sebaliknya apabila ketika memasuki usia pubertas kok, mereka malah meninggalkan kita dan lebih percaya apada orang lain. Mengingat di masa pubertas ini adalah masa yang sangat rawan bagi mereka memutuskan suatu hal yang dapat berpengaruh pada masa depannya nanti.

Setidaknya kenali dulu, yuk! Kapan masa pubertas pada anak itu datang?
Pubertas pada anak perempuan seringnya terjadi saat usia 9 – 13 tahun. Sedangkan pada anak laki-laki terjadi antara umur 10 – 14 tahun. Perempuan akan bertambah tinggi dan badan yang gemuk menjadi ramping dengan cepat.

A. Tanda masa pubertas pada anak perempuan.

Ciri-ciri seks sekunder pada perempuan yang dapat diperhatikan contohnya perubahan ukuran payudara, perubahan ukuran panggul, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak dan kadang timbul jerawat. Kematangan organ reproduksi dapat ditandai pada saat mendapatkan haid (menstruasi) yang pertama.

B. Tanda masa pubertas pada anak laki-laki.

Pada masa ini kematangan organ reproduksi ditandai dengan terbentuknya sperma dan terjadi pengeluaran sperma pada saat tidur (mimpi basah). Ciri-ciri seks sekunder pada laki-laki umumnya ditandai dengan tumbuh rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, tumbuh kumis, jenggot, tumbuh jakun, suara menjadi lebih besar/rendah, otot-otot membesar, dan dada berubah menjadi lebih bidang.

Setelah usia 14 tahun, pertambahan tinggi badan akan berkurang atau melambat. Pada masa ini, kecerdasan berkembang pesat, keterampilan motorik lebih menonjol dan perkembangan mental mulai terbentuk.

Apa yang harus kita lakukan sebagai orangtua diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Jadikan anak sebagai sahabat
    Remaja lebih suka diperlakukan sebagai sahabat dan dihargai daripada dididik dengan cara diperintah, didikte, dibentak dan dihukum. Kita harus “menyelam” ke dunia remaja dan banyak berkomunikasi dengan anak agar bisa menciptakan situasi “persahabatan” yang menyenangkan dengan anak.
  2. Dekati dengan hati
    Deteksilah lebih dini atau peka apabila ada perubahan sikap, cara bicara dan perilaku anak kita. Jangan-jangan dia sedang punya persoalan yang sulit untuk diungkapkan kepada orangtua. Ajak bicara cari tahu penyebabnya.Seringlah mengobrol dan menjaga intensitas pertemuan. Cari waktu berdua. Kirimkan pesan kasih sayang. Buatlah agar ia tahu bahwa kita menyayanginya.
  3. Lakukan pengawasan yang proporsional
    Remaja suka berteman dengan cara berkelompok dan mencoba hal-hal yang baru bersama teman-temannya. Hal ini dapat memunculkan kecemasan akan dampak negatif pergaulan dan lingkungan terhadap anak.
  4. Bentuk pengawasan
    Mengetahui dan mengenal siapa teman-teman anak kita, kemana saja mereka bepergian dan jam berapa harus pulang ke rumah. Pastikan juga aktivitas yang mereka lakukan bukan sesuatu yang menjurus ke arah negatif. Jika mencium perubahan pada anak, jangan ragu menegur dan mengingatkan sebelum telanjur menjadi kesalahan fatal. Pada umumnya segala sesuatu yang terlambat adalah akibat kelalaian orang tua mengidentifikasi perubahan awal yang terjadi pada anak.
  5. Lebih sabar dan bijak
    Ketika anak mengalami egosentris yang tinggi, merasa dirinya paling benar dan tidak ada orang yang bisa mengerti dirinya. Bersikaplah lebih sabar dan bijak agar perubahan ini tidak memicu pertengkaran dan konflik dengan sang anak.
  6. Jadikan rumah sebagai tempat ternyaman
    Tetap jadikan rumah sebagai tempat terindah dan teduh bagi anak. Di luar sana mungkin anak-anak banyak mengalami kekecewaan, tekanan, dan kepenatan. Mereka butuh kenyamanan yang tidak akan diperoleh di tempat lain. Mana lagi tempat terbaik yang cocok untuk anak selain di rumah.

Nah, sekali lagi ini tugas kita sebagai orangtua. Selamat menjadi orangtua dan berjuang!

You May Also Like